Aku
adalah gadis 18 tahun, terlahir di dalam keluarga yang sederhana. Aku anak ke-6
dari 7 bersaudara. Ayahku berusia 56 tahun sekarang. Pekerjaan ayahku adalah
wiraswasta. Ibuku berusia 53 tahun saat ini. Beliau hanya seorang ibu rumah
tangga. Penghasilan ayahku cuku untuk menghidupi keluarga kami.
Aku
hanya mempunyai seorang abang dan 4 orang kakak serta seorang adik perempuan.
Keluarga kami memang ramai, rumah tidak pernah terasa sepi. Makan bersama,
nonton bersama-sama. Itu yang kami lakukan setiap hari.
Pada
akhir tahun 2003 kakakku yang ke-4 memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya.
Dia menikah dengan seorang lelaki pilihannya. Kebahagiaanpun melanda keluarga
kami. Tapi ada sedikit kesedihan yang terselip di dalamnya, karena kakakku yang
ke-5 tidak dapat hadir saat hari pernikahan kakakku yang ke-4. Kakakku yang
nomor 5 bernama Sasrawita tapi kami menyapanya dengan sebutan Awi. Kak Awi
tidak dapat hadir saat itu karena dia bersekolah di luar kota. Sesuai dengan
keinginannya. Saat masih duduk di bangku SMP ia ingin sekolah di SPK (Sekolah
Perawat Kesehatan).
Sekolahnya
tidak memberikan izin barang satu atau 3 hari untuk pulang ke rumah. Al hasil
dia tidak berada diantara kebahagiaan yang melanda keluarga kami. Kami hanya bisa
mendengar suaranya tanpa bisa melihat wajahnya.
“ Selamat
bahagia dan menempuh hidup baru ya kak, maaf Ewi tidak dapat hadir”. Begitulah
kata-kata yang terdengar dari telpon. Adanya kesedihan dari nada suara nya, itu
pasti
Dari pernikahan itu setahun kemudian
lahirlah seorang bayi perempuan. Cucu pertama untuk ayah dan ibuku dan
keponakan pertama untukku. Rasa bahagia juga keluargaku rasakan. Kabar bahagia
itu segera kami beritahu kepada kak Ewi yang saat itu masih menimba ilmu di
luar kota. Dia ikut senang.
Tahun
2005, kakak ku yang ke-3 mengikuti jejak kakakku yang ke-4. Ia juga mengakhiri
masa lajangnya, menikah dengan pria idamannya. Lagi-lagi ka Ewi tidak dapat
hadir diantara kami. Hanya ucapan selamat yang terlontar dari mulutnya.
Kesedihan kembali terselip di kehagiaan keluarga kami. Dari pernikahan itu
lahirlah bayi mungil, yang lagi-lagi berjenis kelamin perempuan. Ini cucu kedua
untuk orang tuaku dan keponakan ke-2 untukku.
Saat
aku duduk di bangku kelas 3 SMP kakakku yang nomor 2 menikah dengan lelaki
pilihannya. Kali ini semua keluarga dapat hadir termasuk kak Ewi karena dia
telah lulus SMA saat itu. Pernikahan itu kembali membawa kehagiaan untuk kami.
Lagi-lagi seorang bayi perempuan hadir di tengah-tengah keluarga kami. Ini
adalah cucu ke tiga untuk orang tuaku dan keponakan ke tiga untukku.
Saat
aku duduk di bangku kelas XI SMA satu-satunya abangku memutuskan untuk menikah
dengan perempuan pilihannya. Tepatnya bulan Februari, kami sekeluarga sangat
bahagia karena abang satu-satunya akhirnya menikah dan aku punya kakak ipar.
Istri abangku adalah satu-satunya kakak ipar untukku. Tapi saying dari
pernikahan itu keluarga abangku belum lengkap karena mereka belum diberikan
rezeki yaitu untuk mempunyai anak.
Kehidupan
itu tidak selalu bahagia pasti ada kesedihan yang datang, karena hidup seperti
roda selalu berputar. Pada bulan Juni tahun 2010, langit gelap melanda
keluargaku. Kami harus kehilangan bidadari kecil yang pernah dititipkan Tuhan
kepada kami. Keponakan ke tigaku harus kembali pada Sang Pencipta. Setelah
beberapa lama dirawat di RS karena menderita penyakit yang menurutku ganas.
Tidak percaya tapi itulah kenyataannya yang harus kami terima. Air mata tak
henti-hentinya keluar dari mataku juga semua keluargaku. Kesedihan mendalam kami
rasakan saat itu. Ikhlas, hanya itu yang harus kami lakukan. Karena segala
sesuatu yang hidup pasti akan kembali kepadanya. Hanya do’a yang dapat kami
kirimkan padanya.
Setelah
kejadian itu, kami tidak ingin sedih untuk berlangsung lama. Kami menata kembali
kehidupan kami yang pernah dilanda duka. Hidup harus tetap berjalan, ada
kebahagiaan yang telah menunggu di depan.
Bulan
Juli di tahun yang sama kakakku yang ke tiga melahirkan anak keduanya.
Lagi-lagi berjenis kelamin perempuan. Setahun kemudian bulan Juni 2011 kakakku
yang ke lima mengakhiri masa lajangnya menikah dengan lelaki pilihannya.
5
orang dari 7 anak orang tuaku sudah menikah. Sekarang yang tinggal di rumah
bersama orang tuaku hanya aku dan seorang adikku yang sekarang duduk di bangku
kelas 5 SD. Rumah terasa se;pi, tidak seperti dulu lagi, terasa ramai saat
kakak-kakak dan abangku belum menikah. Tapi aku harus tetap semangat meraih
cita-cita dan membahagiakan orang tuaku.
Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal
0 komentar:
Posting Komentar